Anak-anak
dan remaja memang lebih dikendalikan oleh emosi-emosi mereka daripada
pemikiran rasional dan logis, terbukti dengan perilaku mereka yang juga
termasuk perilaku merusak diri sendiri. Jadi jika kita ingin memotivasi
mereka, sebaiknya kita pahami lebih dulu emosi yang mengendalikan mereka
dan memanfaatkannya untuk mengarahkan perilaku dan pemikiran kearah
yang lebih memperdayakan.
Berikut adalah kebutuhan emosional anak:
- Kebutuhan untuk merasa aman
Salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan soerang anak adalah perasaan aman. Aman didalam diri dan lingkungannya.
Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam
bukunya “lima bahasa cinta” mengatakan kita semua memiliki tangki cinta
psikologis yang harus diisi, lebih tepatnya jika anak maka orangtuanya
yang sebaiknya mengisi. Anak yang tangki cintanya penuh maka dia akan
suka pada dirinya sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat
diartikan sebagai anak yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.
Contoh, terdorong oleh rasa cinta kepada
anaknya seorang ibu memarahi anaknya yang sedang nonton televisi.
“berhenti nonton dan belajar sekarang” lalu apa yang ada dibenak anak?
Mungkin “Ibu tidak sayang padaku, dan ingin mengendalikan aku serta
keasyikanku” Nah hal ini membuat anak menerimanya sebagai hal yang
negatif, sehingga komunikasi yang menghancurkan rasa cinta ini biasanya yang menjadi akar permasalahan orangtua dan anak.
- Kebutuhan akan pengakuan (merasa penting) dan diterima atau dicintai
Kita sebagai orangtua
harus membuat anak-anak merasa penting, diakui dan dicintai di rumah.
Jangan sekali-kali membuat anak kita merasa kecil dan tidak berarti
dengan ancaman yang kita berikan. Karena yang ada dalam pikiran anak
jika diperlakukan seperti itu adalah mereka merasa kalah dengan
melakukan apa yang diperintahkan oleh oleh orangtuanya dengan cara
seperti itu, sehingga banyak anak yang menunda atau tidak mengerjakan
apa yang ditugaskan orangtua (bahkan dengan ancaman sekalipun) untuk
memenuhi kebutuhan emosionalnya akan pengakuan.
- Kebutuhan untuk mengontrol (merasa mandiri atau keinginan untuk mengontrol)
Seiring pertumbuhan anak,
sembari mencari identitas diri dan sambil belajar membangun kemandirian
dari orangtua. Proses ini menciptakan kebutuhan emosional untuk bebas
dan mandiri.
Jadi itu sebabnya anak tidak mau didikte
untuk apa yang harus dilakukan. Mereka merasa tidak “gaul”mendengarkan
orangtua. Dengan mendengarkan nasihat orangtua mereka seakan
diperlakukan seperti anak kecil. Ini menjelaskan mengapa anak lebih
mendengarkan orang lain yang masih muda dari pada orangtuanya sendiri.
Orangtua yang cerdas, tidak akan
menyerah menghadapi hal ini. Bagaimana caranya memberikan arahan dan
agar anak mau mendengar orangtua? Gunakan komunikasi yang tidak
bermaksud memaksa anak dengan nasihat kita. Buatlah seakan-akan mereka
belajar dan bekerja keras untuk diri mereka sendiri bukan untuk kita.
mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi dengan cara seperti itu.
Dan yang terpenting adalah memenuhi tangki cinta anak kita setiap hari
dan memastikan selalu penuh saat bangun anak bangun tidur dan menjelang
tidur. Dengan begitu anak tahu siapa yang paling mengerti dan sayang,
serta kepada siapa dia akan datang pada saat membutuhkan seseorang untuk
mendengar, yaitu kita orangtuanya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9x8JhzikIWrPNDTbuyD46Vg1rHc7WJmPElEjvhpIZrOHwsuyTNAkaHn3keqxoYHg-LYrThNO67D5X0aTY-dKESMixnijj-NOEhQpVQEk1lRpwlK-QN0j2APa8oODB6BX8oEyS-Xp099s/s1600/Pendidikan+Karakter+Anak.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar